Sabtu, 13 April 2013

AL-GHAZALI versus IBNU RUSYD
Sebuah “Perang” Pemikiran


AL-GHAZALI dengan Ibnu Rusyd, keduanya terlibat “perang” hebat, dengan “senjata” dan “amunisi” pemikiran yang ditembakkan habis-habisan. Al-Ghazali dengan Tahafut al Falasifah-nya, dan Ibnu Rusyd dengan Tahafut at Tahafut-nya.

Filsafat dambil dari bahasa Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani philosophia, kata majemuk yang terdiri dari kata philos yang artinya cinta atau suka, dan kata sophia yang artinya bijaksana. Walhasil, secara etimologis, kata filsafat mengandung makna cinta kebijaksanaan.


Dalam pengertian terminologis, makna filsafat tidak tunggal, tetapi beragam. Tergantung siapa yang mendefinisikannya. Beberapa pengertian terminologis, di antaranya diungkapkan oleh Plato, Aristoteles, dan Al-Farabi. 

Plato, seorang filosof Yunani kenamaan, menegaskan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada; ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli. Dalam pandangan Aristoteles, filsafat adalah ilmu yang meliputi kebe-naran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu; metaphisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Adapun filosof muslim, Al-Farabi, mengu-tarakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud, dan bertujuan menyelidiki hakekat yang sebenarnya. 

Terlepas dari pengertian yang dipaparkan di atas, yang pasti dalam konteks filsafat, dua pemikir muslim kenamaan, yakni Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd, sempat meramaikan jagat kefilsafatan. Al-Ghazali menulis Tahafut al-Falasifah, dan Ibnu Rusyd dengan Tahafut at-Tahafut-nya. 

Al-Ghazali mengkaji pendapat para filosof, dengan berakhir kesimpulan bahwa argumen-argumen yang dikemukakannya bukan hanya tidak kuat, bahkan ada yang bertentangan dengan ajaran Islam. Tak aneh bila kemudian ia mengambil sikap mengkritik dan menentang ‘ajaran-ajaran’ filsafat. 

Sikap keras Al-Ghazali terhadap pandangan-pandangan para filosof, tak pelak, membuat ‘kehebohan’ dunia filsafat. Bahkan, tak sedikit, yang akhirnya memandang Al-Ghazali sebagai orang yang harus bertanggung jawab atas kemunduran filsafat di dunia Islam. Pasalnya, Al-Ghazali dianggap telah ‘menghancurkan’ semangat dan spirit umat dalam mengkaji filsafat. Dampaknya, dunia Islam, mundur dan jauh tertinggal dibanding dunia Barat. 

Menyikapi kritik dan serangan Al-Ghazali terhadap filsafat, Ibnu Rusyd memberikan reaksi, sekaligus koreksi terhadap pemikiran-pemikiran Al-Ghazali. Melalui kitab Tahafut at-Tahafutnya, filosof dari Andalusia ini, juga menyerang balik al-Ghazali dengan argumen dan kritiknya yang tidak kalah tajamnya. Dari judulnya saja terlihat, Tahafut at-Ta-hafut. Untung saja, Ibn Rusyd tidak menyandarkan kata tahafut (kerancuan) pada al-Ghazali. Dan bila hal ini dilakukan, maka kitabnya akan diberi judul Tahafut al-Ghazali.

Buku kecil ini, mencoba memaparkannya. Semoga ada manfaatnya, bagi siapa pun yang menelaahnya. Amin. [] Enjang Muhaemin

Penulis:
Enjang Muhaemin
Penyunting:
Nurhayati
Desain Cover:
Dani Sukma
Ahmad Samsuddin

Penerbit:
RIZKIA Publishing
Bandung
Tahun Terbit:
Januari 2010
Pracetak:
Sofyan P. Sumirat