Judul
Buku : Masjid At-Ta’awun Puncak, Monumen Kebersamaan Masyarakat Jabar-Banten
Penulis :
Drs. H. Yusuf Rahmat A
Cetakan
I : Maret 2010
Penerbit :
Mimbar Pustaka, Bandung
BERAWAL dari kebutuhan sarana ibadah untuk para tenaga
kerja Perkebunan Teh milik PT. Gunung Mas yang dikelola PTPN Nusantara VIII,
dibangunlah sebuah masjid kecil dan sederhana di lokasi yang dipandang
strategis. Tepatnya di pinggir Jalan Raya Puncak, sekitar km 88,5 dari Ibukota
Jakarta di Blok/Kampung Naringgul Desa Tugu Selatan Kecamatan Cisarua Kabupaten
Bogor.
Masjid yang didirikan
di wilayah Perkebunan Teh peninggalan penjajah Belanda ini dinamakan
Masjid Al-Muttaqien milik PT. GUNUNG MAS dan Pengelolaannya dilakukan
secara swadaya oleh para sesepuh tenaga kerja Perkebunan Teh yang berdomisili
dekat dengan lokasi Masjid Al-Muttaqien.
Pada dasawarsa tahun
1990-an, Masjid Al-Muttaqien yang mungil itu ternyata semakin banyak dikunjungi
jamaah, baik untuk kegiatan shalat fardhu maupun shalat jum’at. Jamaah masjid
yang semakin bertambah bukan hanya dari jamaah yang berasal dari masyarakat
sekitar, tetapi juga para jamaah luar kota yang melewati Jalan Raya Puncak yang
menjadi poros transportasi Bandung, Cianjur, Bogor, dan Jakarta.
Para jamaah, terlebih
ketika mendirikan shalat jum’at, terpaksa berdesak-desakan melaksanakan ibadah
karena tidak lagi bisa tertampung oleh kapasitas masjid yang sangat terbatas.
H.R. Nuriana, Gubernur Jawa Barat dua periode (1993-1998 dan 1998-2003), yang
dikenal sebagai sosok pribadi yang selalu mendengar jerit keprihatinan umat ini
akhirnya tergerak hati untuk membangun sebuah Monumen Kebersamaan (Gotong
Royong Plus) dalam bentuk masjid yang lebih layak dan refresentatif.
Ketergugahan figur
jenderal bintang dua yang berjiwa santri dan tokoh teladan yang sarat dengan
gagasan pembangunan Islam ini, berawal dari keinginan beliu untuk mengabadikan
gagasan rereongan sarupi yang sukses dikelola saat itu di Jawa Barat dalam
bentuk monumen kebersamaan/gotongroyong yang tidak hanya merupakan nilai luhur
islami tetapi juga sekaligus merupakan nilai kepribadian warisan leluhur bangsa
Indonesia yang telah terkristalisasi dalam falsafah dan dasar Negara R.I.
yaitu Pancasila dan UUD 1945.
Gagasan dan alur pikir
H. R. Nuriana yang kebetulan sering menempuh perjalanan lewat jalur puncak
tertarik melihat posisi strategis dan keindahan alam sekitar puncak, semakin
memperkokoh keinginan kuat untuk membangun monumen Rereongan Sarupi dikawasan
tersebut yang sekarang ini dikenal dengan Masjid At-Ta’awun. []